Gajah Mada berasal dari Desa Mada
Hal ini berdasarkan folklore Mada (cerita rakyat Modo – Lamongan) yang telah
berabad-abad lamanya diwariskan secara turun temurun, dengan detail
menjelaskan jati diri Gajah Mada alias Jaka Mada (nama beliau saat masih
kecil, diasuh oleh petinggi desa Mada sejak bayi, dilahirkan dari rahim
Dewi Andong Sari-selir Raden Wijaya- ditengah hutan Cancing, Ngimbang).
Ketika kanak-kanak, Gajah Mada menjadi pengembala kerbau di desanya,
bersama teman-temannya, ia sering melihat iring-iringan tentara
Majapahit yang gagah-gagah sehingga timbul keinginan untuk menjadi
prajurit Majapahit. Sekian ratus tahun folklor itu terpendam, dan baru
seorang budayawan lokal yang berani mengungkap dan mengangkat
hal itu di forum nasional maupun Internasional, meski dengan resiko
dikritik dan dicaci-maki oleh orang-orang yang picik visinya.
Perlu
diketahui bahwa folklore Mada (Lamongan) terkait dengan folklor
Badander (Jombang). Badander adalah desa kuno yang disebut oleh
manuskrip kitab-kitab kuno sebagai tempat Gajah Mada menyembunyikan
Prabu Jayanegara dari kejaran tentara pemberontak Ra Kuti. Desa Mada
(Modo) dan desa Badander merupakan basis Gajah Mada (banyak teman masa
kecilnya), dan letaknya tidak terlalu jauh dari ibukota Majapahit –
Trowulan.
Ketika menginjak usia remaja, Jaka Mada diajak oleh
kakek angkatnya yang bernama Ki Gede Sidowayah ke Songgoriti, Malang.
Dari Malang itulah Jaka Mada meniti karier sebagai prajurit Majapahit,
yang kelak beliau dikenal dengan nama Gajah Mada (Orang besar dari desa
Mada). Berdasarkan folklore ini diduga Gajah Mada memang berasal dari
desas Mada (Modo), Lamongan-Jawa Timur.
Namun folklore ini masih
harus diperkuat dengan fakta akurat lainnya, tidak cukup hanya didukung
oleh situs berupa Makam Ibunda Gajah Mada – Dewi Andong Sari. Dan tentunya masih perlu penelitian lebih lanjut oleh oleh para pihak yang berwenang dalam hal ini ahli kepurbaklaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar